Membangun Mimpi Bersama untuk Anak, Perempuan dan Lingkungan

Melakukan refleksi dan membangun mimpi bersama untuk anak, perempuan dan lingkungan menjadi agenda penegasan Save The Children Indonesia dan Perkumpulan Wallacea ke depan. Perumusan mimpi bersama ini untuk memperkuat program perlindungan anak yang sudah memasuki tahun ketiga, dan tahun kedua untuk program pemberdayaan perempuan di Kabupaten Luwu Utara.

Untuk meningkatkan kegiatan evaluasi yang berlanjut dan berjenjang, kegiatan refleksi ini bisa berguna untuk menyalurkan mimpi dan harapan dari proses kegiatan serta menganalisa tantangan yang akan dihadapi untuk mencapai mimpi hingga bagaimana rencana aksi yang harus ditempuh.

Basri Andang selaku Direktur Wallacea, menyampaikan, dukungan dan kolaborasi berbagai pihak, mulai Pemdes hingga Pemkab terutama DP3AP2KB sebagai OPD yang menjadi pintu rujukan kasus-kasus anak, dan beberapa OPD yang terkait seperti Dinsos, Dukcapil, Diknas dan Dinkes, kesemuanya sangat berkontribusi memperkuat keberfungsian PATBM.

“Dengan merespon rujukan, seperti pemenuhan Kartu Identitas Anak, Akta Kelahiran, BPJS, pengadaan alat bantu anak disabilitas, pengembalian anak ke sekolah, dan penangan pekerja anak di sektor perkebunan kakao, semua OPD terkait sangat berkontribusi pada keberfugsian PATBM,” paparnya saat kegiatan Refleksi dan Membangun Mimpi Bersama di Hotel Remaja pada, Senin (27/11/2023).

Melihat peran strategis dan keberfungsian PATBM di desa serta penguatan literasi keuangan dan peningkatan peran perempuan dalam pembangunan desa oleh kelompok VSLA, pasti ada mimpi dan harapan yang ingin dicapai serta tantangan yang akan dihadapi dan diselesaikan.

Dalam membangun PATBM yang kuat, maka harus mampu bersinergi dengan lembaga lain di desa dan kabupaten. Ke depan bagaimana PATBM memiliki rumah aman bagi anak, mampu menangani kasus-kasus anak, menjangkau semua anak disabilitas, cakap berkomunikasi, ada pertemuan rutin PATBM, dan penyediaan data pekerja anak.

Disisi lain kelompok VSLA yang juga mempunyai mimpi bisa berkomunikasi yang baik dengan Pemerintah Desa terkait keberadaan VSLA di desa, hingga bisa memiliki unit bisnis baik perorangan maupun kelompok. Selain itu, kelompok VSLA juga berharap bisa memanfaatkan dana sosial mereka dengan baik.

Sedangkan tantangan yang dihadapi untuk mencapai mimpi bagi VSLA adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menabung serta minimnya pengetahuan masyarakat  tentang VSLA, susah mengumpulkan masyarakat, kurangnya kepedulian pemerintah desa terhadap kelompok VSLA di beberapa desa, adanya pinjol (pinjaman online) yang menggiurkan dengan bunga rendah.

Untuk PATBM sendiri, tantangannya adalah belum adanya perdes (peraturan desa) tentang perlindungan anak, masih berjalan sendiri mencegah dan mendampingi kasus, belum terkonek antar PATBM persoalan data pekerja anak, PATBM belum tersosialisasi ke sekolah-sekolah, belum memiliki sekretariat atau sebagai rumah aman, serta minimnya kepedulian pemdes kepada anak disabilitas.

Fasilitator Desa Wallacea berharap, PATBM kedepannya sudah bisa menangani kasus anak dan  champion- hampion VSLA bisa merawat semangat dan motivasi dan mampu mengaplikasikan KOBO. Sedangkan agenda lingkungan, memperkuat kearifan lokal dan peran perempuan melestarikan sumber-sumber kehidpuannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hubungi Kami

Hubungi kami dengan kontak langsung Atau Via Medsia Sosial perkumpulan Wallacea