KPBB: Masyarakat di Zona Merah Lebih Berisiko Kena Penyakit

Dari penelitian KPBB menunjukkan, masyarakat di Indonesia terutama mereka yang tinggal di kawasan dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang sangat tinggi, kawasan dengan industrialisasi yang sedemikian massif dan intensif, sekitar pembangkit listrik, sekitar TPA sampah, selain kawasan dengan risiko kebakaran hutan dan lahan yang terjadi hampir setiap tahun; adalah kelompok berisiko tinggi terpapar oleh pencemaran udara.

“Mereka berada di kawasan zona merah pencemaran udara yang berisiko terjangkit penyakit dan atau sakit karena pencemaran udara seperti ISPA (infeksi saluran pernafasan akut), asma, pneumonia, bronchopneumonia, COPD (chronical obstructive pulmonary dieses; atau penyempitan salaruna pernafasan), jantung coroner (coronary artery dieses), berbagai kanker terutama kanker paru-paru dan saluran pernafasan”, demikian uraian Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif KPBB.

Penelitian KPBB sejak 2001 juga menunjukkan bahwa pollutant timbel (Pb) adalah neurotoxin yang menyebabkan sakit atau penyakit terkait fungsi syaraf, juga menyebabkan penurunan point IQ dan tingkat kecerdasan pada anak, hipertensi pada orang dewasa, terganggunya fungsi ginjal, jantung coroner, hingga kematian dini. Jika dulu pollutant timbel didominasi dari emisi dari kendaraan bermotor yang menggunakan bensin bertimbel, kini diemisikan oleh peleburan logam terutama daur ulang aki bekas. Sementara pollutant hydro-carbon (HC) yang hampir 90% diemisikan oleh kendaraan bermotor, selain menyebaban sakit/penyakit akut terkait iritasi mata misalnya, juga memiliki sifat kronis yang menyebabkan terjadinya kanker sebagaimana disinggung di atas melalui pemaparan PAH (polycyclic aromatic hydrocarbon) dan asam benzene.

Dampak negative terhadap kualitas udara juga disumbangkan oleh penggunaan bahan bakar minyak untuk transportasi, gas buang yang beracun seperti karbon dioksidan (CO2), nitrogen oksida (NO2) dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan gas hujan asam dan pemanasan global. Hal tersebut diperparah ketika di kota-kota besar degan pengguna transportasi pribadi yang sangat tinggi akibat buruknya transportasi masal menyebabkan menumpuknya gas buang beracun yang menyebabkan buruknya kualitas udara, juga ditambah rendahnya kualitas bahan bakar yang digunakan saat ini yang masih menggunakan kandungan octane number (RON) 88 (premium) dan RON 90 (Pertalite) dan masih kalah jauh dengan Malaysia yang bahan bakar dengan RON terendah untuk kendaraan bermotornya yaitu RON 95 yang setara dengan jenis pertamax turbo. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hubungi Kami

Hubungi kami dengan kontak langsung Atau Via Medsia Sosial perkumpulan Wallacea