Tudang Sipulung Menuju Kemandirian Petani Sulsel

12063795_1201508963209580_7214478583820389899_nMemperingati Hari Tani Nasional yang jatuh pada tanggal 24 September 2015 ini, petani bersama CSO dan unsur pemerintah di Sulawesi Selatan akan menggelar Tudang Sipulung dan Pameran Produk Pertanian Alami pada tanggal 28-29 September 2015 bertempat di Benteng Somba Opu Makassar.

Tudang Sipung dan pameran produk pertanian alami ini yang dibuka langsung Dirjen Pertanian RI mewakili Menteri Pertanian RI, DR. Amran Sulaiman, bertema ‘’Bersama Kita Wujudkan Kemandirian dan Kedaulatan Pangan Nasional Menuju Kesejahteraan Petani Indonesia”

Menurut Koordinator Panitia, Rizki Anggriana Arimbi, peringatan hari tani dimaknai sebagai hari kebangkitan sektor agraria di Indonesia, terutama di Sulawesi Selatan. ‘’Kita mengetahui bahwa Sulawesi Selatan telah dikenal sebagai daerah basis pertanian yang mampu menopang ketersediaan pangan secara nasional. Namun sayang petani-petani Sulawesi Selatan masih juga belum banyak diberikan peluang untuk ikut serta berbagai pengetahuan yang mereka miliki diruang-ruang public,’’ ujarnya.

Masalah yang kerap dihadapi petani adalah mengguritanya mata rantai produksi pertanian menjadi salah masalah pokok dalam sistem pengelolaan lahan dan perdagangan hasil-hasil pertanian di Indonesia. Rizki Arimbi mengatakan seharusnya mata rantai ini perlu diperhatian oleh organisasi tani dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Upaya petani pun mulai mengurai persoalan itu dengan mempraktekkan sistem pertanian alami di 14 wilayah kabupaten di Sulawesi Selatan.

‘’Beberapa diantaranya telah mendapatkan predikat terbaik desa mandiri pangan. Di tengah situasi ini, petani di Sulawesi Selatan sebenarnya harus terus didorong untuk mampu melakukan pengelolaan lahan pertanian dan perkebunan menjadi lebih produktif. Pengelolaan lahan pertanian yang efisien dengan menggunakan sistem pertanian alami dan sangat ramah pada lingkungan. Dengan demikian diharapkan terjadi perluasan budidaya pertanian alami yang mampu menopang derajat kesejahteraan petani menjadi lebih baik kedepan,’’ tegasnya aktivis Walhi yang akrab disapa Kiki.

Paling tidak yang diharapkan dari kegiatan ini, lanjut Kiki, adalah teridentifikasinya berbagai tantangan terkait dengan kerawanan pangan dan kemiskinan yang dapat diatasi melalui agenda reforma agraria dan kedaulatan pangan, lahirnya wadah organisasi tani di Sulawesi Selatan, mempromosikan pertanian alami bagi masyarakat Sulawesi Selatan, dan adanya komitmen pemerintah daerah untuk meletakkan sektor pertanian sebagai bagian integral dari kebijakan strategis pembangunan di Sulawesi Selatan.

Manfaat pertanian alami, Akis Nuru yang juga tokoh masyarakat Liku Dengen Desa Uraso mengupasnya. Menurutnya, pertanian alami yang telah diterapkan di kampungnya dirasakan manfaatnya bagi petani. Tidak hanya aspek pelestarian lingkungan yang dirasakan petani karena di tempatnya dikembangkan budi daya lebah madu trigona sehingga sistem pertanian alami yang non pestisida dan non bahan kimia sangat berpengaruh terhadap produksi madu dan menjamin keberlanjutan produksinya. Lebah sangat rentan dengan pestisida kimia, jika asupan bahan kimia sudah banyak di lingkungan itu akan menyebabkan kematian pada lebah.

‘’Penerapan pertanian alami membantu mempertahankan sumber ekonomi warganya yang berasal dari menjual madu trigona. Selain itu, juga membantu dalam penyediaan sarana produksi karena tidak harus mengeluarkan dana besar untuk usaha pertaniannya,’’ kata Akis Nuru.

Demikian pula dengan pengalaman petani di Desa Salassae Kabupaten Bulukumba yang sudah hampir 5 tahun menerapkan pertanian alami. Kelompok Swabina Petani Salassae ini malah telah menjalin kerjasama dengan Bank Indonesia (BI) untuk pemasaran dan promosi produknya di tingkat ASEAN. Salah satu produk yang secara kontinyu dihasilkan adalah beras organik. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hubungi Kami

Hubungi kami dengan kontak langsung Atau Via Medsia Sosial perkumpulan Wallacea