Waspada, Bencana Ekologis Mengintai Sulsel

Banyak spekulasi yang muncul sebagai penyebab banjir, mulai curah hujan yang tinggi sampai jebolnya tanggul yang berfungsi sebagai penahan banjir. Namun jika ditelisik lebih jauh, penyebab utamanya kareana rusaknya ekologis hampir di seluruh wilayah negeri ini. Kawasan cathman area tidak lagi menjadi areal perlindungan bagi kawasan hulu. Dari tahun ke tahun wilayah ini diokupasi untuk kepentingan pembangunan. Sementara di bagian hilir, daerah serapan air semakin tergerus oleh pembangunan ruko dan gedung pencakar langit. Kebijakan tata ruang-pun hanya sebatas formalitas belaka. Sedikitnya 30 persen alokasi Ruang Terbuka Hijau hanya sekada tulisan dalam dokumen RTRW, tidak dipatuhi dan tidak ada penindakan atas pelanggar yang membangun di atas areal ruang terbuka hijau.

Penggunaan bagian hulu justru banyak dialihkan untuk kepentingan industri tambang, pembangunan villa dan perkebunan. Sebut saja di wilayah Maros dan Pangkep, di daerah ini terdapat dua pabrik semen besar yang beroperasi di bagian hulu. Di daerah Gowa, bagian hulu dirambah pembangunan villa dan perkebunan. Sedangkan daerah serapan air di kota Makassar semakin berkurang.

Secara keseluruhan wilayah Sulsel dalam intaian bencana ekologis dengan adanya rencana industri pertambangan yang akan beroperasi di bagian hulu, misalnya di wilayah Latimojong dengan rencana eksploitasi PT Masmindo (saat ini dalam tahan eksplorasi). Di wilayah Rampi dan Seko, yang selama ini dijuluki jantung Sulawesi, sudah siap sederet nama perusahaan tambang yang akan memulai eksplorasi.

Melihat kondisi ini, Direktur Perkumpulan Wallacea Sainal Abidin menilai seluruh wilayah Sulsel dalam intaian bencana ekologis, akibat kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang tidak mengindahkan kaidah pelestarian ekosistem. ”Seharusnya Pemerintah Propinsi Sulsel dan Pemerintah Kabupaten meninjau kembali izin prinsip perusahaan-perusahaan tambang yang akan beroperasi untuk keselamatan lingkungan dan manusia,”katanya sembari menyebutkan jika beberapa wilayah Luwu Raya, setiap tahun terendam banjir yang disebabkan kerusakan di bagian hulu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hubungi Kami

Hubungi kami dengan kontak langsung Atau Via Medsia Sosial perkumpulan Wallacea