Sekolah Advokasi Penataan Ruang ( SATAR II )
Oleh: Hajaruddin, A
Kamis pagi (19/12), Sekolah Advokasi Tata Ruang dimulai, biasanya sekolah selalu identik dengan adanya ruang yang tertata secara berderet dimana guru menjadi tuan utama dalam ruangan dan murid sebagai obyek pembelajaran, tuan guru pada umumnya adalah yang membuat murid takut untuk melakukan kesalahan – kesalahan sampai kesalahan itu lalu dprodusi sebagai ketakutan sehingga murid mengalami perampasan kebebasan. Diam menjadi keadaan yang mengantar orang untuk dikatakan mengerti, begitulah pola pendidikan pada umumnya. Mungkin begitu jugalah kapitalisme akan dijelaskan nanti sebagai sebuah sistem yang akan membuat orang diam karena dominasi kekuatan modal yang mempengaruhi kesadaran kelas pekerja yang dieksploitasi yang hanya memiliki tenaga yang melekat pada dirinya sebagai jasa yang bisa ia jual untuk melangsungkan hidupnya.
Jam 9.00 Peserta satar II telah berkumpul setelah sarapan pagi, sebagaimana pelatihan- pelatihan yang pernah saya ikuti SATAR II nampaknya lebih sangar karena materinya mengenai hal yang rumit, dalam jadwal terpasang judul “Ruang dan akumulasi Modal 1 dan 2”, “Praktik Land Grabbing,Disposssion,Eksploitasi Buruh dalam Akumulasi Kapital”,.memahami materi ini kerumitannya sebagaimana rumitnya bagaimana memahami manusia yang tidak mengerti tentang penindasan padahal ia juga adalah manusia.
Tidak sebagaimana sekolah formal pada umumnya yang memproduksi ketakutan sebagai hasil dari akumulasi kesalahan yang dilakukan dan diam adalah prasyarat mutlak untuk dikatakan mau mengerti mata pelajaran, SATAR II menjadi tempat yang cukup menangkap bagiamana kebebasan gerak tubuh mempengaruhi konsentrasi dalam mengkap materi dan diam bukanlah syarat mutlak untuk mengerti. Restu Ahmaliadi yang lebih akrab dipanggil Ganden kepala sekolah SATAR II menjelaskan bahwa jika peserta diam maka itu bagian dari hal yang keliru dan kegiatan kurang berhasil, tidak ada batasan untuk berbicara dan menyampaikan apa yang diketahui. Tidak ada peserta yang merokok dalam forum mungkin ini terkait dengan bagaimana kebebasan satu orang tidak boleh melanggar hak hak orang lain dan merokok mungkin adalah salah satunya.
Kerumitan nampaknya mulai nampak ketika kepala sekolah Ganden menyampaikan apa tujuan utama dari kegiatan SATAR II, memahami konsekwensi ideologi global dalam pemnafaatan ruang, memahami politik dan kebijakan penataan ruang, sampai analisis kebijakan ruang merupakan barisan kalimat yang telah disusun yang mewakili keseluruhan apa yang hendak dicapai dalam sekolah ini. Deretan itu juga menjadi sumber yang harus saya pahami sebisa mungkin dengan keterbatasan pengatahuan yang saya milki.
Pak Ganden sebagai kepala sekolah menjelaskan bahwa salah satu bagian penting dari training adalah adanya perubahan pengetahuan. Kerumitan yang sebelumnya muncul setelah mendengar tujuan yang disampaikan menghilang, bahwa mungkin kerumitan itu sesungguhnya lahir dari ketergesa gesaan memikirkan kelemahan sementara mengabaikan kemungkinan kekuatan yang sementara akan didapatkan.
Ruang dan Akumulasi Kapital, materi pertama yang dipaparkan oleh Bang Ariaynto Sangaji, suatu materi yang cukup berat namun disampaikan dengan cara yang mudah untuk dimengerti, menurutnya ruang itu diproduksi dan Idonesia adalah salah satu bagian dari produksi ruang, ruang yang diproduksi itu bukanlah ruang dalam bentuk area, suatu kontainer atau sebagai sesuatu tanpa isi menurutnya ruang harus dipandang dari sudut geografi manusia (human geography ), secara umum bermakna ruang dari aktifitas manusia. Sebuah pandangan yang memastikan bahwa ruang tidak bersifat otonom terhadap proses ekonomi politik dan budaya. Bagaimanakah ruang itu diproduksi dalam kehidupan masyarakat.
Dari penjelasannya, ruang yang diproduksi atau diciptakan itu dipengaruhi oleh terjadinya interaksi masyarakat dengan lingkungannya. Setiap tipe masyarakat menghasilkan ruang yang berbeda pula, jadi bisa dipastikan bahwa ruang yang diprodusi menyirikan bagaimana tipe masyarakat tersebut. Tipikal masyarakat kapitalis akan memprodusi ruang kapital seperti perkebunan besar dan pertambangan besar.
Kapitalisme memilki ruh eksploitasi, eksploitasi atas kelas pekerja oleh pemilik modal atau kelas borjuasi. Marx mengatakan bahwa kapitalisme adalah hubungan eksploitasi kelas : kelas kapitalis mengeksploitasi kelas pekerja. Kelas kapitalis adalah pemilik alat alat produksi , tenaga kerja dan produk dari proses produksi. Kapitalsime hidup dari persaingan siapa yang kuat maka ia akan menang dengan demikian maka dipastikan bahwa pemilik modal hanya berada pada segelintir orang saja. Dimana hukum kepastiannya adalah tawar menawar.
Sebuah hal yang meunjukkan betapa menakutkannya wajah kapitalisme, Bang Adianto menjelaskan bahwa kapitalisme memang ditopang oleh ketimpangan, ketimpangan berupa munculnya proletarisasi,differensiasi kelas dan eksploitasi. Ketimpangan yang susah untuk dimengerti sebagaimana begitu susahnya untuk memahami bagaimana corak kehidupan yang tidak saling menguntungkan dan mengabaikan kebutuhan antara sesama manusia menjadi pilihan dari tujuan proses padahal sebagai manusia, harmonisasi hubungan yang saling memberikan manfaat adalah kebahagiaan.
Eksploitasi adalah ruhnya, sehingga beragam jalan merupakan opsi opsi yang diperbolehkan demi tercapainya surplus nilai. Land grabbing sebagai akumulasi primitif lebih pas disebut sebagai pencaplokkan tanah, istilah ini pada prakteknya adalah pencaplokan atas tanah tanah untuk kepentingan pemodal. Dalam penjelasan Bang Adianto land grabbing dilakukan secara berbeda dalam konteks sistem politik dan kekuasaan negara yang tidak demokratik dan demokratik, menurutnya pada masa yang tidak demokratik kekuatan ekonomi beraliansi dengan kekuasaan politik dan militer yang menguasai negara sementara dalam politik dan kekuasaan yang demokratik land grabbing dilakukan lewat jalur legal yaitu melalui peraturan perundang undangan dan administrasi pertanahan dimana syarat utamanya adalah kekuatan ekonomi beraliansi dengan politisi untuk membuat peraturan yang melindungi kepentingan pemodal.
Sebuah proses yang telah nyata terjadi kapitalisme menjadi sebuah sistem yang memporak porandakan sosial ekonomi dan budaya bangsa, yang paling menghawatirkan bahwa perlindungan untuk memperoleh ruang diamini oleh negara (state) sehingga kapitalisme mencengkram kuat bangsa Indonesia lalu melahirkan proyek besar Masterplan percepatan dan perluasan pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) , bang Arianto mengatakan Konektivitas merupakan syarat utama agar proses produksi dapat berjalan maksimal karena kecepatan pindah comodity menjadi syarat utama dalam memperoleh surplus nilai. MP3EI juga memprodusi ruang sebagai tempat bertahan hidup. Produksi Ruang untuk kapitalisme merupakan jawaban atas pandangan levebre bahwa kapitalisme bisa punah kalau dia tidak memproduksi ruang.
Materi selama satu hari ternyata memberikan gambaran yang cukup meskipun susah dicerna dengan pengetahuan saya yang ala kadarnya. Salam.
Penulis adalah Staf Perkumpulan Wallacea Palopo
Cerita dari Alam
- Film Dokumenter
- Insights
- Komunitas Lokal
- Kreatifitas
- Masyarakat Hukum Adat dan Hutan Adat
- Media Rakyat
- Membangun Gerakan Rakyat
- Mitra Perkumpulan Wallacea
- Pemberdayaan Perempuan
- Pendidikan Hukum Rakyat
- Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Agraria
- Pengetahuan Ekologi Tradisional
- Perencanaan Tata Guna Lahan Partisipatif
- Perkumpulan Wallacea
- Perlindungan Anak dan Pemenuhan Hak Anak
- Radio Komunitas
- Wallacea
- World